Pentingnya Masker dalam Laboratorium
Hai teman – teman sesama anak kimia. Dosa terbesar yang paling sering kita lakukan dalam laboratorium salah satunya adalah tak menggunakan masker. Banyak sekali jenis masker sebenarnya, apalagi yang di gunakan dalam laboratorium. Nanti setelah ini akan saya tulis artikel khusus untuk jenis dan penggunaan masing-masing masker di laboratorium.
Taukah kamu?
Penyerapan bahan – bahan kimia beracun atau toksik, seperti gas ammonia, karbon monoksida, benzena, kloroform dan sebagai berikut tidak hanya melalui saluran pernapasan, tetapi juga absorpsi melalui kulit. Menyerap gas – gas ini dapat mengganggu kesehatan bahkan berakibat fatal, baik yang dapat diketahui dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Gas beracun yang dapat terhirup ada yang berbau, iritan, atau kombinasi keduanya. Contoh gas beracun dan iritan adalah gas klor, brom, formaldehida, akrolein (CH2CHCHO) dan amonia, sementara bahan beracun yang tidak iritan tetapi berbau: benzena, senyawa hidrokarbon terklorinasi (tetrakloroetana, CCl4), dan metil bromida. Bahan beracun yang tidak berbau dan tidak iritan: gas CO, metil klorida (CH3Cl), dan uap raksa (Hg).
Pertolongan pertama dalam penghirupan gas toksik:
- Pindahkan korban dari terpaan bahan beracun secepat mungkin ke tempat berudara segar
- Jika keracunan itu berlangsung di ruang tertutup, sempit atau bahan beracun dalam konsentrasi tinggi, maka penolong harus memakai pelindung pernapasan berpasokan udara atau oksigen (SCBA = Self Contained Breathing Apparatus), guna mencegah terjadinya korban tambahan dari penolong
- Jika korban mengalami keracunan yang sangat berat, maka harus segera dibawa ke rumah sakit atau dokter dengan memberikan informasi tentang jenis racun yang terhirup (penyebab keracunan)
- Jika korban tidak bernapas, harus segera diberikan pernapasan buatan berupa penekanan bagian dada serta pemberian pernapasan dari mulut penolong ke mulut korban.
Tidak ada komentar