Header Ads

Jenis Diabetes dan Penentuan Kadar Gula dalam Darah

Apa Itu Gula Darah? 

Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Glukosa (suatu monosakarida), adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil selama fotosintesi dari awal bagi respirasi. Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi.



Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/L (70-150 mg/dL). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Kadar glukosa orang normal yang puasa adalah 60-110 mg/dL. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula darah.

Jika mendengan istilah kadar gula darah biasanya kita langsung terpikir dengan penyakit diabetes.

Apakah itu Diabetes?

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Diabetes terdiri dari dua jenis, yaitu:

• Diabetes tipe 1. Pada diabetes jenis ini, pankreas tidak bisa memproduksi insulin sama sekali. Sehingga, untuk bertahan hidup, penderita bergantung pada pemberian insulin dari luar dengan cara disuntik. Karena itu, diabetes ini juga memiliki istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).

• Diabetes tipe 2. Inilah jenis diabetes yang diderita 90% para penderita diabetes. Diabetes jenis ini disebut juga diabetes life style karena selain faktor keturunan, penyebab utamanya adalah gaya hidup tidak sehat. "Sebanyak 90% diabetesi menderita DM karena pengaruh faktor keturunan. Tapi, faktor lingkungan dan gaya hidup adalah faktor pemicu terjadinya DM.

Pada hewan terdapat salah satu penyakit yang dinamakan Hypocalcaemia. Hypocalcaemia adalah penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada waktu atau segera setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai dengan penderita yang mengalami depresi umum (Subronto 2001). Hypocalcaemia dapat menghambat ekskresi insulin sehingga pada kasus ini biasanya selalu diikuti kenaikan kadar glukosa. (Girindra 1988).

Metode Penentuan Kadar Gula Darah

Metode Folin-Wu diperkenalkan pertama kalioleh Folin dan Wu pada tahun 1919. Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat darah bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadia kibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk kationik dari protein. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi lebih cepat. Namun kekurangannya adalah pengukuran berdasarkan spektrofotometer yang mungkin saja ada molekul lain yang juga mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang yang sama dan akan mempengaruhi kadar glukosa. Kesalahan yang paling berpengaruh adalah monosakarida dalam darah bisa saja bukan hanya glukosa, ada monosakarida lain yang ikut bereaksi dengan Cu+ sehingga larutan biru yang diukur bukan hanya milik glukosa tetapi juga mono sakarida lain dan ini akan terjadi kesalahan positif. Kesalahan positif artinya hasil pengukuran lebih besar dari hasil sebenarnya.

Prinsip pengukuran kadar glukosa darah dengan metode Folin Wu adalah ion kupri akan direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua karena ada oksida Mo. Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat yang berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida Mo dapat diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.

Metode lain yang sekarang banyak digunakan adalah pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik yang lebih spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan bahan pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada suatu elektroda pendeteksi oksigen.

Chemistry analyzer (mesin penganalisis kimiawi) modern dapat menghitung konsentrasi glukosa hanya dalm beberapa menit. Di luar laboratorium, sekarang banyak tersedia berbagai merek monitor glukosa pribadi yang dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari tusukan di ujung jari. Alat ini cukup bermanfaat untuk mengetahui kadar glukosa darah dan untuk menyesuaikan terapi. Namun, alat ini memiliki kekurangan dimana hasil pengukuran terpengaruh oleh kadar hematokrit dan juga protein serum; kadar hematokrit yang rendah dapat meningkatkan secara semu kadar glukosa darah, dan sebaliknya (efek serupa juga berlaku untuk protein serum yang rendah atau tinggi). Oleh sebab itu, penderita harus secara berkala membandingkan hasil pengukuran alatnya dengan pengukuran glukosa laboratorium klinik untuk memperkirakan kemungkinan interferensi fisiologik serta fluktuasi fungsi alat mereka.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.