Header Ads

Jenis Lipid dan Pengujiannya


Suatu lipid didefenisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter (Fessenden 1986). Defenisi ini menunjukkan baha lipid mencakup banyak senyawa seperti lemak, minyak, terpena, steroid, dan senyawa lain. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yakni:
  • lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes);
  • lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida;
  • derivate lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh hasil hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol.
Di samping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Poedjiadi, 1994).

Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, yang disebut asalm lemak, umumnya mempunyai rantai karbon panjang dan tak bercabang (Fessenden 1986). Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger 1982).

Asam lemak yang dijumpai dialam dapat bersifat jenuh atau dapat pula mengandung ikatan rangkap (tak jenuh). Asam lemak jenuh berarti tidak memiliki ikatan rangkap dan biasanya berbentuk rantai zig-zag.Bentuk zig-zag ini mengakibatkan gaya tarik van der waals tinggi, oleh karena ini lemak-lemak jenuh bersifat padat. Asam lemak tak jenuh berarti rantaikarbonya memiliki ikatan rangkap. Umumnya mengandung satu ikatan rangkap. Asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati; minyak-minyak ini disebut poliunsaturat (palyunsaturates) (Fessenden 1986). Poliunsaturat cenderung berbentuk minyak. Baik asam lemak jenuh maupun tak jenuh biasanya diperoleh kembali dari hidrolisis bahan lipid (Pine, dkk., 1980).

Gliserol merupakan senyawa alkohol yang memiliki tiga gugus hidroksil dengan nama baku 1,2,3-propanatriol (gambar 1). Griserol berwujud cairan jernih, higroskopis, kental dan terasa manis. Sifat fisik gliserol, bobot molekul 92,09382 g/mol, viskositas pada suhu 20˚C 1499 cP, panas spesifik pada suhu 26˚C 0,5795 kal/g, densitas 1,261 g/cm3, titik leleh 18˚C, titik didih 290˚C

Pengujian Pengujian pada Lemak

  • Uji Kelarutan. 
Sebanyak 2 mL pereaksi / pelarut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan bahan uji. Tabung diaduk dan diamati kelarutannya.

Uji kelarutan pada lipid bertujuan untuk melihat kelarutan lipid pada beberapa pelarut. Lipid adalah senyawa yang larut dalam pelarut non-polar yang akan larut dengan pelarut atau senyawa non-polar. Minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, minyak kelapa sawit merupakan lipid maka akan larut dengan senyawa non-polar seperti n-heksan, kloroform, alkohol panas, dan alkali. Hasil dari uji hampir semuanya sesuai. Hanya saja ada yang tidak sesuai seperti lemak hewan, larut dalam air, tetapi justru tidak larut dalam n-heksan dan alkohol. Ini dapat terjadi karena lemak hewan yang digunakan berbentuk padat, dan dalam padatan ini mungkin saja ada air yang terperengkap atau bahan lain, sehingga lemak hewan terlihat seolah-olah larut sebagian dalam air, dan karena bentuknya padat sulit untuk larut dalam alkohol dan n-heksan jadi terlihat tidak larut.

  • Uji Akrolein. 
Tabung reaksi berisi sedikit KHSO4 dibubuhkan 3-4 tetes atau seujung sudip bahan uji. Tabung dipanaskan langsung diatas api dan diamati asap yang terbentuk dan bau yang dihasilkan.Bau yang dihasilkan, dibandingkan dengan bau SO2 dari karbohodrat yang dipanaskan.

Uji Akrolein dilakukan untuk mengidentifikasi lipid, dengan melihat ada atau tidak gliserol. Pada metode akrolein ini, sampel ditambahkan KHSO4 kemudian dipanaskan. Penambahan KHSO4 ini berfungsi sebagai katalis dalam hidroisis lipid menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan pemanasan disini berfungsi agar terjadi proses hidrasi pada sampel sehingga H2O hilang dan akan terbentuk akrolein atau akrildehida yang memiliki bau yang khas yakni bau yang tajam seperti lemak yang terbakar (bau tengik) (Gambar 5). Hidrasi gliserol akan membentuk aldehida tak jenuh atau akrolein tersebut (Winarno, 2004).

  • Uji Ketidakjenuhan. 
Sebanyak 1 mL bahan uji dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahn dengan kloroform 1mL. Tabung diaduk hingga semua larut. Tetes per tetes pereaksi Jod Hubl dimasukkan kedalam tabung reaksi sambil diaduk dan diamati perubahan yang terjadi.

Uji ketidakjenuhan dilakukan untuk membedakan asam lemak jenuh dan asam tak jenuh. Hasil positif ketika warna I2, warna merah dan kembali ke warna larutan awal diperoleh pada asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh berarti memiliki ikatan rangkap yang dapat diadisi oleh I2, ini ditandai dengan hilangnya warna I2, warna merah dan kembali ke warna larutan awal.

Reaksi reaksi pada asam lemak



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.